Pemerintah Cina, melalui Biro Keamanan Umum Kota Panshi di Provinsi Jilin, berhasil membongkar aktivitas perbankan gelap yang menggunakan aset kripto. Laporan resmi menyebutkan, para pelaku memanfaatkan sifat anonim kripto untuk melakukan transaksi valuta asing (valas) secara ilegal.
Sejak tahun 2021 silam, pemerintah Cina telah tegas melarang segala bentuk aktivitas aset kripto yang diterbitkan oleh pihak swasta. Tingginya tingkat spekulasi menjadi salah satu alasan otoritas untuk secara sepihak membentengi warganya dari paparan aset digital.
Sejak saat itu, setiap entitas maupun institusi perbankan dilarang melakukan transaksi ataupun memfasilitasi segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan kripto.
Dalam aktivitas terbarunya, pihak keamanan Cina mengaku telah menangkap 6 orang yang terlibat dalam kasus pembelian valas menggunakan kripto. Dalam investigasi, kepolisian menemukan adanya keterlibatan dana jumbo senilai 2,14 miliar renminbi (RMB) atau lebih dari Rp5,33 triliun yang digunakan untuk membeli mata uang won Korea Selatan.
“Kelompok kriminal itu menggunakan rekening bank lokal untuk menerima dan mentransfer dana. Selain itu, mereka juga menggunakan platform kripto over-the-counter (OTC) dan metode penyelesaian transaksi Won lainnya untuk memuluskan transaksi antara RMB dan won,” jelas laporan.
Hong Kong Tertibkan Transaksi OTC
Meskipun tidak dijelaskan platform OTC mana yang digunakan, namun kuat dugaan penggerebekan itu merupakan bagian dari langkah Otoritas Moneter Hong Kong (HKMA) yang sejak awal tahun ini bertekad memberantas layanan OTC gelap.
Data Chainalysis mencatat, nilai pasar dari transaksi bebas yang dilakukan melalui OTC Hong Kong jumlahnya mencapai US$64 miliar. Pihak otoritas curiga bahwa platform tersebut digunakan oleh warga negara Cina untuk menerobos batas transfer ke luar negeri.
Ditambah, beberapa pihak juga menganggap bahwa Cina menjadikan Hong Kong sebagai wilayah untuk mengembangkan kripto-nya secara diam-diam.
Sejak pemerintah setempat melarang aktivitas kripto, berbagai cara dilakukan warganya untuk tetap bisa mendapatkan akses ke kelas aset baru tersebut. Pada Januari tahun ini, beberapa investor Cina disebut memanfaatkan jaringan pialang dan broker bawah tanah untuk mendapatkan kripto.
Selain itu, beberapa investor Cina di wilayah pedalaman juga tetap melakukan perdagangan kripto secara langsung. Mereka bertemu di tempat umum untuk bertukar alamat crypto wallet dan menyelesaikan pembayarannya secara tunai maupun transfer bank.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.