Antisipasi The Fed Pangkas Suku Bunga, Bitcoin Siap Melejit 10%?


Harga Bitcoin (BTC) berada di persimpangan ketidakpastian ketika tren pasar dan faktor ekonomi makro bertabrakan. Pertumbuhan lapangan kerja yang kuat dapat memicu Federal Reserve untuk memangkas suku bunga, yang pada gilirannya dapat menguntungkan Bitcoin dengan meningkatkan aliran likuiditas.

Namun, arus dana dari crypto exchange baru-baru ini menunjukkan keseimbangan antara outflow dan inflow, menandakan arah pergerakan harga masih abu-abu. Bitcoin perlu menembus resistance di kisaran US$63.000 supaya bisa memulai lonjakan baru. Jika gagal mempertahankan support di US$59.000, risiko penurunan menuju US$55.000 atau bahkan lebih rendah menjadi sangat mungkin.

Pasar Kerja yang Berkembang: Berkah atau Kutukan untuk Masa Depan BTC?

Pertumbuhan lapangan kerja yang melonjak serta optimisme pasar menjadi pedang bermata dua bagi Bitcoin. Di satu sisi, prospek ekonomi yang positif bisa mengurangi urgensi bagi para investor untuk berpindah ke aset berisiko seperti BTC. Sebab, saham tradisional menawarkan imbal hasil yang lebih aman di tengah lingkungan yang stabil.

Selain itu, potensi Federal Reserve untuk mengurangi laju pemotongan suku bunga juga bisa memperkuat nilai dolar AS, yang berpeluang mengurangi daya tarik Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap inflasi.

Sebaliknya, jika ekonomi terus tumbuh tanpa memicu inflasi berlebih, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan investor secara keseluruhan. Pada gilirannya, ini bisa mendorong lebih banyak investasi spekulatif yang justru menguntungkan BTC. Selain itu, kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih lambat bisa menjaga likuiditas tetap tinggi, yang biasanya mendukung aset berisiko seperti Bitcoin.

Singkatnya, meskipun ekonomi yang kokoh bisa mengurangi daya tarik Bitcoin sebagai aset safe haven, BTC masih bisa menarik perhatian investor yang mencari peluang pertumbuhan di lingkungan pasar yang positif.

Balancing Act Bitcoin: Arus Exchange yang Tak Menentu

Dalam sebulan terakhir, arus keluar bersih dari exchange lebih mendominasi aksi harga Bitcoin. Akan tetapi, tren ini tidak sesederhana yang terlihat pada pandangan pertama.

Per 10 September, tercatat arus keluar terbesar mencapai -16.000 BTC, yang biasanya menjadi sinyal bullish perkasa. Sebab, kondisi semacam ini menandakan bahwa holder memindahkan Bitcoin mereka dari exchange, memangkas pasokan yang tersedia untuk dijual. Namun, setelah terjadinya arus keluar besar tersebut, polanya menjadi kurang jelas.

Volume Transfer Bersih BTC – Exchange | Sumber: Glassnode

Walaupun arus negatif terus berlanjut, menunjukkan lebih banyak arus keluar ketimbang arus masuk secara keseluruhan, mereka tidak lagi begitu ekstrem, dan beberapa hari justru mencatat arus masuk positif. Adapun arus masuk ini menandakan bahwa beberapa investor masih mentransfer BTC ke exchange. Tujuannya kemungkinan besar untuk dijual, sehingga menambah ketidakpastian di pasar.

Pergulatan antara arus keluar dan arus masuk ini lantas mencerminkan pasar yang belum memiliki tren dominan. Meskipun preferensi untuk menyimpan ketimbang menjual masih ada, nyatanya itu belum cukup kuat untuk mendongkrak harga Bitcoin naik secara signifikan.

Dengan seimbangnya antara arus masuk dan keluar yang lebih merata belakangan ini, tren harga BTC masih tak menentu. Dengan begitu, pasar bisa bergerak ke arah mana pun tergantung pada bagaimana inflow atau outflow di masa mendatang berkembang.

Harga BTC Bakal Loncat 10% dalam Waktu Dekat?

Jika pasar tenaga kerja terus mencatat angka yang kuat, seperti lonjakan 254.000 pekerjaan di bulan September, hal ini bisa mendorong Federal Reserve untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. Pemangkasan suku bunga biasanya menurunkan biaya pinjaman dan menambah likuiditas ke dalam perekonomian. Hal ini pada akhirnya turut memantik investor untuk beralih ke aset berisiko seperti Bitcoin dalam rangka mengincar imbal hasil yang lebih tinggi.

Skenario ini dapat berdampak positif pada harga BTC dengan menggejot jumlah permintaan. Terutama karena suku bunga yang lebih rendah membuat jalur investasi tradisional menjadi kurang menarik. Jika Bitcoin berhasil menembus resistance kunci di sekitar US$63.000 dan US$64.700, ini bisa memicu reli ke US$66.000 atau lebih tinggi seiring dengan bergesernya fokus investor ke aset kripto.

BTC IOMAP
IOMAP BTC | Sumber: IntoTheBlock

Di sisi lain, grafik In/Out of the Money Around Price (IOMAP), yang menunjukkan di mana holder BTC berada “in the money” (untung) atau “out of the money” (rugi), mengungkap level support dan resistance penting di dekat harga terkini. Namun, jika harga BTC gagal bertahan di support US$59.000, ada risiko ambruk lebih tajam.

Adapun aksi turun ke bawah level ini bisa memicu koreksi yang lebih besar. BTC kemungkinan terjatuh ke US$55.000 atau bahkan US$53.000, di mana level support signifikan berikutnya berada. Hal ini kemungkinan akan memacu tekanan jual lebih lanjut, terutama dari trader yang ingin memotong kerugian, membawa Bitcoin ke fase yang lebih bearish kecuali faktor ekonomi yang lebih luas, seperti pemotongan suku bunga, membantu menghidupkan kembali momentum bullish.

Bagaimana pendapat Anda tentang prediksi harga Bitcoin (BTC) ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli RedaksiNusa yang berbahasa Inggris.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *