CEO Tether Tolak Tuduhan WSJ tentang Investigasi Pencucian Uang Federal


CEO Tether, Paolo Ardoino, membantah klaim dari Wall Street Journal bahwa otoritas federal AS sedang menyelidiki perusahaan tersebut atas dugaan pencucian uang.

WSJ menerbitkan laporan eksklusif hari ini yang menyatakan bahwa Kantor Jaksa AS di Manhattan sedang menyelidiki penyedia stablecoin tersebut. Dugaan tuduhan berpusat pada apakah pihak ketiga menggunakan platform Tether untuk memfasilitasi aktivitas ilegal seperti perdagangan narkoba, pembiayaan terorisme, peretasan, atau menyamarkan hasil dari kejahatan tersebut.

Tuduhan WSJ Terhadap Tether Sementara Meruntuhkan Pasar

Segera setelah laporan WSJ, Ardoino menyatakan bahwa Tether tidak mengamati adanya indikasi penyelidikan federal. Namun, publikasi tersebut, dengan mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, menyarankan bahwa penyidik sedang menyelidiki apakah stablecoin tersebut secara tidak langsung mendukung entitas yang dikenai sanksi.

Lebih spesifik lagi, mereka sedang menyelidiki apakah stablecoin tersebut memungkinkan pedagang senjata Rusia dan kelompok seperti Hamas untuk memindahkan dana secara sembunyi-sembunyi.

“Seperti yang kami sampaikan kepada WSJ, tidak ada indikasi bahwa Tether sedang diselidiki. WSJ hanya mengulang-ulang isu lama. Titik,” Paolo Ardoino menulis.

Laporan tersebut langsung menyebabkan volatilitas di pasar aset kripto. Bitcoin, yang sempat mendekati ambang US$70.000, turun signifikan dari US$67.000 menjadi US$65.000 menyusul berita tersebut. Namun, penolakan cepat dari Ardoino membantu menstabilkan pasar, dan harga Bitcoin kembali naik menjadi sekitar US$66.700.

Baca Juga: Panduan Stablecoin Terbaik di 2024

Pergerakan Harga Bitcoin pada 25 Oktober | Sumber: RedaksiNusa

Tether telah menghadapi kritik dan pengawasan yang meningkat dari berbagai pihak dalam beberapa bulan terakhir. Pada bulan September, organisasi advokasi konsumen Consumers’ Research menerbitkan laporan yang mengutuk Tether karena kurangnya transparansi yang berkelanjutan.

Laporan tersebut mengkritik perusahaan karena gagal melakukan audit lengkap atas cadangan dolarnya, sebuah janji yang dibuat sejak tahun 2017. Consumers’ Research mengungkapkan kekhawatiran tentang kemungkinan keterlibatan Tether dalam menghindari sanksi internasional, terutama di negara-negara seperti Venezuela dan Rusia.

Laporan tersebut bahkan membandingkan praktik operasional Tether dengan FTX, meningkatkan kekhawatiran tentang model bisnis dan kepatuhan regulasi penerbit stablecoin tersebut.

Terlepas dari pengawasan yang berkelanjutan ini, penerbit stablecoin tersebut sedang mengincar beberapa pengembangan di tahun mendatang. Laporan terbaru juga menyarankan bahwa Tether sedang menjajaki langkah ke sektor komoditas. Jika berhasil, perusahaan bisa mendapatkan keuntungan dari usaha bisnis yang kekurangan kredit.

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.
Selain itu, sebagian artikel di situs ini merupakan hasil terjemahan AI dari versi asli RedaksiNusa yang berbahasa Inggris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *