Presiden Iran Tewas dalam Kecelakaan, Bagaimana Nasib BRICS?



Presiden Iran, Ebrahim Raisi dikonfirmasi telah meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/5) kemarin. Bersama dengan Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian dan enam penumpang serta awak pesawat, mereka ditemukan tewas.

Peristiwa mendadak itu memantik tanya dari banyak pihak terkait kelangsungan industri kripto Iran. Mengingat, Raisi sendiri merupakan salah satu pemimpin negara yang dikenal bersikap pro terhadap inovasi aset digital.

Data Statista memproyeksikan pendapatan kripto di Iran pada tahun ini mampu mencapai US$123,4 juta dan bakal mengalami peningkatan sebanyak 14,47% selama periode tahun 2024 hingga 2028 mendatang.

Di samping itu, Iran, di bawah Raisi, juga terlibat dalam pengembangan BRICS bersama dengan Rusia untuk menciptakan mata uang tunggal. Aksi yang disebut sebagai bentuk perlawanan terhadap hegemoni dolar AS itu akan menggunakan teknologi blockchain sebagai tulang punggung operasionalnya.

Duta Besar Iran untuk Rusia, Kazem Jalali, dalam Konferensi Pers Dunia Rusia – Islam: KazanForum pada 16 Mei lalu, menyatakan bahwa pembentukan mata uang tunggal baru sedang menjadi fokus upaya oleh aliansi.

Strategi itu dijalankan lantaran Amerika Serikat (AS) menggunakan dolar AS untuk memberlakukan pembatasan. Sementara baik Rusia maupun Iran saat ini sedang dihadapkan pada sanksi pembatasan ekonomi dari negara-negara Barat, termasuk AS.

Pemimpin Baru Bakal Lanjutkan Era Raisi

Berdasarkan konstitusi Iran, jika Presiden berhalangan, maka Wakil Presiden Pertama Iran, Mohammad Mokhber akan duduk sebagai Presiden sementara dan memimpin proses Pemilihan Umum (Pemilu) dalam 50 hari ke depan.

Associated Press melaporkan, dalam pertemuan darurat Kabinet Iran, dijanjikan bahwa pemerintahan akan melanjutkan jejak Raisi dengan bantuan Tuhan dan rakyat, dan diyakini tidak akan ada masalah dalam pengelolaan negara.

Hal itu menunjukkan bahwa visi Raisi akan diteruskan oleh penerusnya kelak. Iran sendiri merupakan salah satu negara yang mengizinkan aktivitas crypto mining berjalan secara legal. Menurut laporan Reuters, pada tahun 2021, sekitar 4,5% dari seluruh aktivitas Bitcoin mining dunia, ada di Iran. Hal itu memungkinkan wilayah tersebut mengantongi ratusan juta dolar AS dalam bentuk aset kripto guna menghindari sanksi ekonomi.

Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *