Penyalahgunaan artificial intelligence (AI) disebut menimbulkan ancaman serius bagi kelangsungan industri kripto. Pasalnya, banyak aktor jahat yang menggunakan deepfake untuk menjalankan penipuan, dengan potensi kerugian yang digadang menembus US$25 miliar di tahun ini.
Deepfake yang berbasis AI mengalami peningkatan tajam dalam penggunaannya untuk tujuan kriminal. Laporan yang dirilis oleh salah satu crypto exchange global, Bitget, menyebutkan bahwa aksi penipuan, termasuk yang menggunakan teknologi deepfake, telah menyebabkan kerugian lebih dari US$79,1 miliar sejak awal tahun 2022 lalu.
Secara gradual, penggunaan deepfake di sektor kripto juga sudah melonjak hingga 245% pada tahun 2024. Hal ini memperlihatkan potensi ancaman yang sangat serius. Terlepas dari berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah, Bitget menyebut kerugian yang ditimbulkan lewat mekanisme itu bisa mencapai US$10 miliar secara triwulanan pada 2025, dan kemungkinan besar akan mencapai US$25,13 miliar di akhir tahun ini.
Chief Executive Officer (CEO) Bitget, Gracy Chen, menyatakan perlunya edukasi dan kesadaran yang tepat untuk bisa menghentikan serangan yang mengandalkan deepfake.
“Kewaspadaan pengguna untuk membedakan penipuan dan penawaran nyata menjadi garis pertahanan paling efektif terhadap kejahatan tersebut sampai kerangka hukum dan keamanan siber yang komprehensif diterapkan pada skala global,” jelas Chen.
Pencurian Identitas Jadi Skema Paling Sering Digunakan
Menurut Chen, kerangka aturan terkait deepfake sangat penting untuk diwujudkan guna menangkal peningkatan penggunaan teknologi tersebut di ruang aset digital. Karena melihat modus yang kerap digunakan oleh para pelaku, mereka sering menggunakan pencurian identitas, ID palsu yang dibuat dengan deepfake, manipulasi pasar, hingga penipuan investasi yang menggunakan teknologi AI.
Menariknya, tingginya penyalahgunaan tersebut berbanding lurus dengan kondisi pasar yang bullish. Pelaku yang sudah memahami karakteristik investor juga akan lebih gencar lagi melancarkan kampanye palsu menggunakan deepfake untuk menarik perhatian target.
Studi dari National Bureau of Economic Research (NBER) mengungkap bahwa investor yang terlalu percaya diri cenderung melakukan perdagangan aset yang lebih berisiko, yang pada akhirnya membuat peluang mereka terhadap penipuan semakin besar selama periode bull market.
“Tanpa adanya langkah efektif yang diterapkan, kejahatan deepfake di ruang kripto bisa mencapai 70% di awal tahun 2026. Hal itu akan dipengaruhi oleh kemajuan dalam teknologi deepfake itu sendiri, volatilitas pasar, cepatnya pengambilan keputusan investor, serta meningkatnya pengaruh jaringan sosial,” tulis laporan.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.