Kunci Pengembangan Web3 di Indonesia Menurut Para Pakar



Platform perdagangan kripto asal Indonesia, Pintu, memandang optimistis bahwa pasar Web3 di tanah air, khususnya di sektor keuangan, akan mengalami pertumbuhan signifikan. Optimisme itu disandarkan pada tersedianya infrastruktur yang dapat menjembatani investor kripto di dalam negeri untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk perdagangan, investasi, hingga menjelajahi Web3.

Head of Community Pintu, Jonathan Hartono, mengatakan pihaknya juga optimistis pengembang di tanah air tidak hanya akan bertumbuh secara jumlah, melainkan juga mampu menghadirkan inovasi dalam skala global.

“Kami optimistis pasar Web3 akan tumbuh pesat di Indonesia,” tegas Jonathan.

Ditambah, jika dilihat dalam lingkup lebih besar lagi, pasar Web3 di Asia Tenggara digadang-gadang memiliki potensi yang lebih mumpuni. Data dari Emergen Research menyebutkan bahwa pada tahun 2030, pasar Web3 di kawasan tersebut dipercaya mampu mencapai US$6,4 miliar (sekitar Rp98,65 triliun).

Co-founder & Chief Executive Officer (CEO) Copra Labs, Brian Limiardi, menambahkan bahwa untuk mendorong pertumbuhan pasar Web3, katalisnya adalah dengan membangkitkan sektor decentralized finance (DeFi).

Sebab, dalam siklus ini, banyak narasi baru yang muncul. Namun, di sisi lain, masih banyak yang menyadari bahwa DeFi berada pada lapisan aplikasi dari infrastruktur yang benar-benar jelas.

Dalam pandangannya, pasar Web3 di Indonesia kemungkinan memiliki tingkat persaingan yang lebih ketat lantaran wilayah tersebut memiiki ruang Web2 yang sangat besar dan dinamis.

Baca Juga: Survei: Industri Web3 Tawarkan Gaji Lebih Tinggi daripada TradFi

Lingkungan Web3 di Asia Tenggara Lebih Baik

Sementara itu, Partner dari Saison Capital, Qin En Looi, menjelaskan industri Web3 di Asia memiliki potensi yang lebih besar, khususnya bagi mereka yang bergerak di institusi finansial. Beberapa lembaga swasta hingga pemerintahan di Asia juga sudah melakukan eksperimen dengan memanfaatkan teknologi blockchain.

Dari sisi adopsi, hal tersebut sudah menjadi nilai tambah tersendiri. Menurutnya, untuk mendorong interaksi pengguna di ruang Web3, pengembang bisa membuat user interface (UI) dan user experience (UX) lebih mudah diakses.

Co-founder Magnify Cash, Tytan.eth (Ty Blackcard), menambahkan bahwa pasar Web3 di Asia memiliki keunikan tersendiri, karena masyarakat di wilayah tersebut masih dalam fase awal mengenal kripto.

“Wilayah Asia, khususnya Indonesia, berada di tahap paparan awal terhadap kripto. Tantangannya bukan lagi soal kesadaran, tetapi lebih kepada edukasi,” pungkasnya.

Bagaimana pendapat Anda tentang potensi pasar Web3 di Indonesia ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *