Sebagai pendatang baru di CIIE, Aptiv memamerkan teknologinya melalui kekuatan unik yang melibatkan “otak dan sistem saraf” sebuah kendaraan, memberikan solusi canggih untuk kendaraan berbasis perangkat lunak (software-defined vehicle/SDV) dan kendaraan listrik.
Menyoroti peluang yang berhasil mereka tangkap di pasar China, Jiang Weihao, seorang engineer di perusahaan tersebut, mengatakan bahwa Aptiv memilih untuk mendirikan basis operasinya di China agar bisa tetap menyelaraskan diri dengan kebutuhan produsen mobil di pasar mobil terbesar di dunia tersebut.
“Sektor manufaktur China menjadi dewasa secara signifikan, memberikan fondasi yang kuat bagi kami untuk mengembangkan solusi yang hemat biaya, andal, dan dapat disesuaikan,” kata Jiang, seraya menambahkan bahwa beberapa benda pameran dan teknologi dijadwalkan akan diluncurkan untuk pertama kalinya di ajang CIIE tahun ini.
Proteksionisme berujung pada jalan buntu
Terlepas dari prospek yang cerah, sektor NEV China masih menghadapi hambatan akibat proteksionisme perdagangan. Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) tahun ini telah mengumumkan tarif tambahan yang sangat tinggi untuk kendaraan listrik buatan China.
Pada CIIE 2024, sebuah acara besar yang didasarkan pada keterbukaan, banyak pelaku industri menyuarakan keprihatinan terkait langkah proteksionisme semacam itu, sembari memuji langkah-langkah keterbukaan China.
Proteksionisme perdagangan mengganggu kerja sama internasional dan kemajuan teknologi di industri otomotif, yang berdampak negatif terhadap upaya transisi hijau dan kolaborasi perubahan iklim, kata Wakil Menteri Perdagangan China Ling Ji dalam sebuah sub-forum yang digelar bersamaan dengan CIIE ketujuh.
“Pembangunan dan kemajuan teknologi industri NEV sama-sama bergantung pada kerja sama internasional. Terlepas dari tekanan proteksionis eksternal, China akan tetap teguh dalam komitmennya terhadap keterbukaan dan kolaborasi,” kata Ling menambahkan.
Mengambil contoh perkembangan industri otomotif China, Yin Tongyue, yang menjabat sebagai ketua di produsen mobil China Chery, berkata bahwa ketika produsen otomotif global, seperti Ford, Volkswagen, dan Toyota, memasuki pasar China, mereka tidak menyingkirkan produsen-produsen otomotif China. Bahkan sebaliknya, mereka justru menyuntikkan energi kepada para produsen China tersebut.
“Saat ini, seiring kemajuan China dalam elektrifikasi dan teknologi pintar, kami mungkin memimpin di bidang-bidang tertentu, dan sekarang giliran kami untuk menyuntikkan energi kepada yang lain, mendukung pertumbuhan yang sehat dan transisi yang lancar menuju elektrifikasi,” kata Yin.
Terlebih lagi, China melayani pasar domestiknya sendiri, dan ekspor NEV China hanya sebagian kecil dari total produksinya. Meskipun sekitar 9,59 juta NEV diproduksi di negara itu pada tahun lalu, hanya sekitar 12 persen di antaranya yang diekspor.
Selain itu, Ralph Ossa, seorang ekonom kepala di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menyatakan bahwa ketegangan dan konflik perdagangan telah muncul, tidak hanya menyangkut perdagangan, tapi, juga di bidang-bidang seperti ekonomi hijau, perlindungan lingkungan, dan konservasi energi. Ossa juga mengatakan bahwa secara alamiah, tidak ada seorang pun yang ingin melihat ketegangan seperti itu muncul.
“Perdagangan internasional menjadi bagian penting dari solusi perubahan iklim. Porsi kendaraan listrik dalam total impor mobil hanya sekitar 5 persen pada 2017. Saat ini, porsinya sudah jauh lebih tinggi. Dan tentu saja, China menjadi bagian penting dari perkembangan itu,” kata Ossa.
Kolaborasi yang sukses terletak pada penemuan sinergi serta keberlanjutan, dan kerja sama serta manfaat timbal balik akan menguntungkan baik bagi China maupun AS, kata Presiden sekaligus CEO Ford China Sam Wu.
“Dari perspektif ini, produsen otomotif global sangat ingin melihat kemajuan pesat China di sektor NEV dan terbuka terhadap kemitraan di skala global,” kata Wu.
Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © Redaksi Nusa 2024