Rp24,84 Triliun Lenyap akibat Peretasan Kripto di Januari-Juli 2024


Laporan terbaru dari perusahaan analitik blockchain Chainalysis mengungkap bahwa nilai peretasan yang terjadi di industri kripto sepanjang Januari-Juli tahun ini menanjak 84,4% secara tahunan. Lebih dari US$1,58 miliar atau sekitar Rp24,84 triliun lebih lenyap melalui berbagai jenis peretasan. Agresifnya pelaku kejahatan dalam menjalankan operasinya didukung oleh mulai pulihnya harga Bitcoin (BTC), yang dalam periode tersebut sudah terdongkrak sebanyak 56,88%.

Meski demikian, jika dilihat dari jumlah aktivitas yang dijalankan, aksi peretasan oleh aktor jahat tersebut hanya naik 2,76% secara tahunan. Namun, nilai kerugian per insiden meningkat sebesar 79,46%.

“Rata-rata nilai yang berhasil dikompromikan per peristiwa pada Januari hingga Juli 2024 naik dari US$5,9 juta per insiden menjadi US$10,6 juta per insiden,” beber Chainalysis.

Jumlah kerugian yang dialami CEX | Sumber: Chainalysis

Di samping itu, para pelaku kriminal kembali menyasar target lama mereka, yaitu centralized exchange (CEX), sebagai sasaran empuk untuk menjalankan tindak kejahatan. Hal itu terjadi setelah selama 4 tahun mereka berfokus pada industri terdesentralisasi lain yang bisanya tidak memperdagangkan Bitcoin.

Insiden yang dialami DMM Bitcoin menjadi salah satu bukti yang memperkuat dugaan tersebut. Kala itu, sekitar US$305 juta dalam bentuk Bitcoin lenyap dicuri melalui peretasan kunci privat, yang mewakili 19% dari total dana yang dicuri sepanjang tahun ini.

Selain Peretasan, Penyebaran Ransomware Bakal Semakin Masif

Laporan juga menyoroti penyebaran ransomware yang bakal semakin masif dilakukan oleh pelaku kejahatan. Mereka biasanya akan menyebarkan file berbahaya untuk kemudian mengambil alih sistem operasi ataupun data penting dari targetnya guna meminta tebusan dalam bentuk kripto.

Sampai dengan akhir Juni 2024, tercatat sebanyak US$459,8 juta telah mengalir sebagai dana tebusan, jumlah yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$449,1 juta. Sekitar US$75 juta dari jumlah tersebut mengalir ke kelompok ransomware yang selama ini dikenal sebagai Dark Angels.

Menariknya, di tengah lonjakan angka peretasan dan penyebaran ransomware, aktivitas ilegal terkait kripto justru mengalami penurunan sebesar 19,6%, menjadi US$16,7 miliar dari periode yang sama tahun lalu, yaitu US$20,9 miliar.

“Hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas legal terjadi lebih cepat dibanding pertumbuhan aktivitas ilegal di chain,” pungkas Chainalysis.

Bagaimana pendapat Anda lonjakan nilai peretasan di periode Januari-Juli 2024 ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!

Penyangkalan

Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *