Rwanda akan menjadi negara terbaru di Afrika yang mengembangkan mata uang digital besutan bank sentral alias central bank digital currency (CBDC).
Laporan terbaru yang dipublikasikan oleh Bank Sentral Rwanda (NBR) menunjukkan bahwa wilayah yang dipimpin oleh Paul Kagame itu tengah bersiap untuk mengimplementasikan efisiensi pembayaran dan keuangan inklusif melalui CBDC ritel. Saat ini, NBR telah merilis sebuah lembar konsultasi publik.
Dalam dokumen penelitian yang terdiri dari 33 halaman, NBR menyebutkan bahwa CBDC yang bakal dikembangkan harusnya bersifat universal dan tanpa bunga, dengan sebagian dari peredarannya memiliki anonimitas semu.
“Penerapan CBDC harus dibatasi berdasarkan kepemilikan dan juga jumlah transaksi. Selain itu, model kompensasi juga perlu ditentukan bersama dengan pemangku kepentingan dari sektor swasta,” jelas laporan tersebut.
Dalam kesempatan itu, NBR juga menekankan bahwa CBDC Rwanda akan jauh berbeda dengan mata uang kripto. Mata uang digital yang dikeluarkan oleh bank sentral nantinya akan selalu memiliki nilai yang setara dengan mata uang konvensional, berbeda dengan aset kripto yang dikeluarkan oleh pihak swasta yang cenderung memiliki harga yang fluktuatif.
Lebih lanjut, NBR menyatakan bahwa mata uang digitalnya kelak tidak akan menimbulkan risiko dan tidak dimaksudkan untuk menggantikan metode pembayaran yang sudah ada. Bahkan, dengan hadirnya instrumen keuangan baru itu, opsi pembayaran akan menjadi lebih luas dengan berbagai layanan baru yang ditawarkan.
CBDC Rwanda Masih Terkendala Regulasi
Meskipun ada kemajuan, NBR mengakui bahwa masih ada tantangan hukum yang perlu diselesaikan. Sebab, untuk menerbitkan CBDC, diperlukan kejelasan regulasi yang akan menyetarakan status mata uang digital dengan mata uang kertas.
Sebagai solusi, NBR berencana untuk mengamandemen undang-undang yang akan memastikan dan sekaligus meminimalkan hambatan dalam penerbitan CBDC.
“CBDC akan selalu bisa ditukar dengan rasio 1:1 dengan mata yang fiat secara tunai. Sehingga, risiko ketidakstabilan dan penolakan dari pelaku usaha bisa dihindari,” tambah NBR.
Ditambah, kajian terkait mata uang digital di Rwanda bukanlah hal baru. Sebelumnya pada tahun 2022, negara di Afrika Timur itu juga telah melakukan uji kelayakan CBDC untuk mengukur efektivitas dan memberikan rekomendasi untuk implementasinya kelak.
CBDC Rwanda dipercaya akan berbeda dari mata uang digital lainnya. Sebab, CBDC Rwanda rencananya akan bisa digunakan secara offline guna menjaga kelangsungan transaksi di tengah kondisi pasokan listrik yang belum stabil.
“CBDC juga diharapkan mampu mengurangi biaya penerbitan uang baru yang selama 5 tahun terakhir telah menelan biaya US$30,19 juta, dan diprediksi akan membengkak menjadi US$35,34 juta dalam 5 tahun ke depan,” tambah NBR.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.