Artur Schaback, co-founder Paxful, mengaku bersalah karena gagal menjalankan program anti pencucian uang (AML) yang efektif di platform miliknya. Sebagai akibatnya, Schaback kini menghadapi ancaman hukuman maksimal 5 tahun penjara.
Dalam laporan Departemen Kehakiman (DOJ) Amerika Serikat (AS), disebutkan bahwa Schaback akan dijatuhi vonis hukuman pada tanggal 4 November mendatang dan sekaligus akan mundur dari dewan direksi Paxful Inc.
Schaback, yang juga mantan Chief Technology Officer (CTO) Paxful Inc, didakwa karena mengelola Paxful, platform perdagangan peer-to-peer (P2P) mata uang virtual dan remitansi, dengan sengaja menghindari program AML. Dia dituduh sengaja memungkinkan investor untuk membuka akun dan melakukan perdagangan tanpa mengumpulkan informasi know-your-customer (KYC), yang merupakan kewajiban dalam kebijakan anti pencucian uang.
“Selama periode Juli 2015 hingga Juni 2019, Schaback memasarkan Paxful sebagai platform yang tidak memerlukan KYC, menyajikan kebijakan AML palsu kepada pihak ketiga, dan gagal melaporkan aktivitas mencurigakan, meskipun mengetahuinya,” jelas laporan.
Sebagai hasilnya, otoritas terkait menilai bahwa Schaback secara tidak langsung menjadikan platform yang didirikannya sebagai wadah untuk aktivitas pencucian uang, pelanggaran sanksi, dan juga aktivitas kriminal lainnya.
Bagian dari Investigasi Kejahatan Narkoba Terorganisir
Tuntutan yang dilayangkan oleh Departemen Kehakiman AS merupakan bagian dari penyelidikan yang dilakukan oleh Satuan Tugas Penegakan Narkoba Kejahatan Terorganisir (OCDETF).
Dalam laporan pengadilan, terungkap bahwa Paxful gagal melakukan pelaporan atas transaksi senilai US$2.000 kepada regulator terkait sebagai bagian dari langkah proaktif dalam program AML. Laporan juga menyebutkan, Schaback dan rekannya, yang merupakan Presiden dan Chief Executive Officer (CEO) Paxful, tidak mematuhi Undang-Undang Kerahasiaan Bank.
Sebelum kasus ini terkuak, Schaback juga sempat terlibat dalam konflik internal mengenai pengelolaan bursa dengan mantan CEO Paxful, Ray Youssef. Kala itu, Schaback menuduh Youssef dan Jude Chidi Ogene memecatnya secara sengaja untuk menyembunyikan detail penting terkait transaksi bisnis perusahaan dan penipuan.
Sementara, Youssef justru mengatakan sebaliknya. Dia menyatakan, Schaback dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya dan menolak untuk terlibat dalam penyelidikan internal.
Tahun lalu, Paxful, salah satu platform perdagangan Bitcoin P2P dengan volume terbesar di dunia, mengumumkan rencana untuk menangguhkan operasi marketplace mereka.
Youssef beralasan bahwa hilangnya beberapa staf kunci perusahaan dan tingginya tantangan regulasi di AS membuat Paxful menghadapi kesulitan dalam menavigasi lanskap kripto yang terus berkembang.
Bagaimana pendapat Anda tentang dugaan keterlibatan Co-founder Paxful dalam aktivitas pencucian uang? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.