Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru saja merilis data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE). Laporan dari TradingEconomics menyebutkan, angka PCE di bulan Mei lalu turun secara tahunan dari 2,7% ke level 2,6%. Hal itu mengindikasikan kondisi ekonomi AS mulai membaik, karena indeks PCE sendiri mengukur perubahan harga barang dan jasa konsumsi masyarakat.
Melihat hal tersebut, analis kripto Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai bahwa pasca rilis data inflasi tersebut, harga Bitcoin (BTC) dan sejumlah aset kripto mulai menunjukkan pemulihan. Pada 1 dan 2 Juli menyusul terbitnya pengumuman tersebut, harga Bitcoin terpantau naik hampir 6%, dari level US$60.000 menjadi US$63.500 per BTC.
“Recovery juga terlihat pada sejumlah aset kripto lain dari sektor infrastruktur seperti ENS, ZRO, TAIKO, dan meme coin seperti WIF, POPCAT, WEN, dan MOG. Aset kripto populer lainnya seperti Solana (SOL) dan Toncoin (TON) juga terapresiasi,” jelas Fahmi lewat keterangan resmi.
Dari beberapa indikator seperti Alts Buy Signal yang dikompilasi oleh Cryptokoryo di platform Dune, Fahmi melihat adanya indikasi strong buy untuk altcoin di strength level yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Artinya, aset kripto alternatif selain Bitcoin masih memiliki potensi besar untuk bergerak dalam kondisi saat ini. Fahmi mengakui, dinamika yang terjadi belakangan ini di Amerika Serikat kian memperkokoh pengaruhnya ke pasar kripto.
Kendati potensi altcoin sangat besar, Fahmi mengingatkan altcoin cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi ketimbang Bitcoin. Selain karena kapitalisasi pasar dan likuiditas BTC yang lebih besar, popularitas altcoin juga tidak setinggi Bitcoin.
Namun, saat ini tidak sedikit altcoin yang punya potensi teknologi menjanjikan, yang bahkan apabila kelak mencapai skala tertentu, dapat memiliki nilai manfaat yang berpotensi jauh lebih besar dibandingkan yang Bitcoin bisa tawarkan.
Koreksi Harga Masih Mungkin Terjadi
Indikasi lain yang juga menunjukkan sinyal positif yaitu bertumbuhnya produk domestik bruto (GDP) AS di kuartal pertama sebesar 1,4%. Hal ini, menurut Fahmi, bisa menjadi faktor fundamental untuk mendukung skenario di mana suku bunga tidak diturunkan karena kontraksi ekonomi, tetapi karena kondisi ekonomi secara umum telah membaik.
Meskipun begitu, The Fed kemungkinan besar masih berpatokan pada data inflasi lebih lanjut dan juga laporan ketenagakerjaan di bulan Juni. Sehingga koreksi harga mungkin masih akan mengiringi dinamika pasar pada setiap kenaikan yang terjadi.
“Namun, apabila perubahan arah tren kemudian terjadi, potensi terjadinya pemulihan yang cepat sangat terbuka. Pasar saat ini memperkirakan prospek penurunan suku bunga sebesar 68% pada bulan September,” imbuh Fahmi.
Terlepas dari hal itu, pada perdagangan hari ini, harga BTC kembali terkoreksi 4,6% ke level US$57.691 dalam 24 jam terakhir. Hal ini juga diikuti oleh pelemahan sejumlah altcoin yang pada akhirnya membuat kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan ikut melambat sebesar 5% ke level US$2,24 triliun.
Bagaimana pendapat Anda tentang topik ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.