Akhir pekan lalu, Pavel Durov, CEO & Pendiri Telegram, ditahan oleh otoritas Prancis di Bandara Le Bourget. Penahanan ini seketika memicu keprihatinan internasional yang luas. Salah satunya termasuk kecaman keras dari TON Society serta Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA).
Kedua entitas ini menyerukan agar Durov segera dibebaskan, mengingat perannya yang vital dalam memperjuangkan kebebasan berekspresi dan perlindungan privasi bagi jutaan pengguna Telegram di seluruh dunia.
Prancis Tuai Kecaman atas Penahanan Durov di Tengah Perdebatan Enkripsi
TON Society, yang mewakili komunitas di balik The Open Network (TON), menyebut penangkapan ini sebagai pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang paling fundamental. Pernyataan mereka menekankan bahwa penahanan Durov bukan sekadar masalah hukum, melainkan ancaman terhadap privasi online dan kebebasan berkomunikasi. Kelompok ini mendesak lembaga internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Uni Eropa, untuk turun tangan dan menentang tindakan Prancis.
“Terakhir, kami menyerukan kepada semua platform teknologi dan media sosial untuk menolak perintah sewenang-wenang yang melanggar hak pengguna mereka, yang harus dipertahankan dengan segala cara,” demikian pernyataan TON Society dalam surat terbuka mereka.
Baca Juga: CEO Telegram Pavel Durov Janji HODL US$6,8 Juta Notcoin (NOT) sampai Profit 100x Lipat
Kementerian Luar Negeri UEA juga menyuarakan keprihatinan atas penangkapan Durov, yang merupakan warga negara Emirat. Kementerian ini meminta agar pemerintah Prancis segera memberikan layanan konsuler untuk Durov.
“Memprioritaskan kesejahteraan warga UEA, melindungi kepentingan mereka, dan memberikan semua bentuk dukungan adalah prioritas utama bagi UEA,” tutur Afra Al Hameli, Direktur Komunikasi Strategis di Kementerian Luar Negeri UEA.
Otoritas Prancis menuduh Durov melakukan sejumlah kejahatan serius. Di antaranya termasuk konspirasi dalam transaksi ilegal, pornografi anak, perdagangan narkoba, dan kejahatan siber. Tak berhenti sampai di situ, ia juga didakwa memberikan layanan kriptologi tanpa izin dan menolak memberikan akses kepada otoritas Prancis untuk memantau pengguna tertentu di Telegram.
Banyak yang memandang tuduhan ini dengan skeptisme, menganggapnya sebagai dalih untuk melemahkan komunikasi terenkripsi dan privasi pengguna. Para kritikus menilai bahwa penangkapan Durov adalah tindakan berlebihan yang dapat menciptakan preseden berbahaya bagi masa depan privasi online.
Dangkalnya transparansi dalam penyelidikan ini semakin memicu kecurigaan tentang motif di balik penangkapan tersebut. Beberapa pihak bahkan menilai ini sebagai upaya untuk melemahkan posisi Telegram yang terkenal akan enkripsi tangguhnya.
Sebagai tanggapan atas kritik internasional yang berkembang, Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan bahwa penangkapan Durov bukanlah bermotif politik. Macron menekankan, meskipun “Prancis sangat menjunjung tinggi kebebasan berekspresi, komunikasi, dan inovasi”, kebebasan ini harus tetap berada dalam kerangka hukum yang melindungi warga negara dan menghormati hak-hak mereka.
“Penangkapan presiden Telegram di tanah Prancis dilakukan sebagai bagian dari penyelidikan yudisial yang sedang berlangsung. Ini sama sekali bukan keputusan [yang dilandasi atas motif] politik. Terserah hakim untuk memutuskan perkara ini,” tegas Macron.
Baca Juga: Pavel Durov Berniat Ubah Telegram Jadi Kekaisaran Kripto
Membangun Ketahanan: Peran TON dalam Evolusi Ekosistem Telegram
Terlepas dari tuduhan tersebut, Telegram menyatakan bahwa mereka secara konsisten mematuhi peraturan Uni Eropa, termasuk Digital Services Act. Platform ini secara teratur memperbarui kebijakan moderasinya untuk memenuhi standar industri sambil tetap melindungi privasi pengguna.
Blockchain TON, yang merupakan bagian dari ekosistem Telegram, juga menegaskan langkah ini. Seorang juru bicara TON menjelaskan kepada RedaksiNusa bahwa setiap proyek yang dibangun di atas blockchain TON senantiasa bekerja keras untuk mematuhi peraturan negara-negara tempat mereka beroperasi.
“Namun, privasi pengguna adalah hak fundamental, dan regulasi tidak boleh mengorbankan hal itu. TON beroperasi sebagai blockchain terdesentralisasi, memungkinkan transaksi peer-to-peer secara permissionless. Dengan uptime 100% hingga saat ini, TON akan terus berfungsi seperti ini, melayani para pengembang yang membangun ekosistem aplikasi untuk pengguna di atasnya. Proyek-proyek harus memperhatikan regulasi dengan serius guna mengurangi dampak kasus hukum pada pengguna mereka,” ujar sang juru bicara.
Penangkapan Durov juga telah memperuncing diskusi ihwal perlunya teknologi terdesentralisasi untuk melawan tekanan pemerintah dan sekaligus menjaga integritas privasi pengguna. Yat Siu, selaku Co-founder & Executive Chairman Animoca Brands, menyatakan keyakinannya bahwa insiden ini pada akhirnya akan memperkuat tekad industri untuk memajukan solusi terdesentralisasi.
“Meskipun memprihatinkan bahwa Pavel ditangkap, hal ini juga memberikan sorotan besar pada TON dan Telegram, yang mungkin belum begitu dikenal di Barat (misalnya, AS dibandingkan dengan Asia). Saya menduga hal ini akan meningkatkan adopsi pengguna di ekosistem Telegram dan TON,” kata Siu kepada RedaksiNusa melalui email.
Tak dimungkiri, situasi ini telah menimbulkan kekhawatiran soal masa depan Telegram dan blockchain TON. Ketidakpastian yang terus mengintai ini bahkan telah menyebabkan aktivitas spekulatif di pasar.
Pada 27 Agustus, Polymarket, platform prediksi populer, memperkirakan peluang pembebasan Durov sebelum akhir Agustus hanya sebesar 26%. Namun, menyusul tekanan internasional dan dukungan dari berbagai entitas seperti TON Society dan Kementerian Luar Negeri UEA, peluang tersebut melesat menjadi 37%.
Baca Juga: Pavel Durov: Kisah Pendiri Telegram dan Dukungan untuk Blockchain Crypto
Walaupun demikian, para pemimpin industri, termasuk Siu, tetap optimistis terkait hasil dari pertarungan ini ke depannya. Ia percaya, sebagai platform yang tahan sensor, TON akan terus tumbuh pesat dan memainkan peran penting dalam evolusi ekosistem Telegram.
“Menurut pandangan kami, TON akan menjadi lebih besar daripada Telegram itu sendiri di masa depan dan akan memacu pertumbuhan ekosistem Telegram. Keamanan dan ketahanannya akan dijamin dengan teknologi terdesentralisasi, serupa dengan yang kita lihat dengan ETH dan BTC. TON mewakili masa depan pertumbuhan ekosistem Telegram dan evolusinya yang berkelanjutan. Sistem yang dimiliki oleh komunitas adalah masa depan, dan langkah-langkah kepatuhan — seperti KYC atau AML — sebagian besar akan ditempatkan pada level aplikasi, seperti yang diterapkan saat ini dengan blockchain yang ada,” pungkasnya.
Bagaimana pendapat Anda tentang desakan dari TON Society & UEA untuk bebaskan CEO Telegram Pavel Durov ini? Yuk, sampaikan pendapat Anda di grup Telegram kami. Jangan lupa follow akun Instagram dan Twitter RedaksiNusa Indonesia, agar Anda tetap update dengan informasi terkini seputar dunia kripto!
Penyangkalan
Seluruh informasi yang terkandung dalam situs kami dipublikasikan dengan niat baik dan bertujuan memberikan informasi umum semata. Tindakan apa pun yang dilakukan oleh para pembaca atas informasi dari situs kami merupakan tanggung jawab mereka pribadi.